Bayi Meninggal Karena Tangan Kotor. Seorang
bayi bernama Jessica Strong lahir 14 minggu lebih awal dari jadwal
kelahirannya. Jesicca lahir di rumah
sakit George Eliot, Nuneaton Inggris pada bulan Juli 2012. Namun karena ia
sangat prematur, bayi mungil ini dirujuk ke Universitas Hospital of North
Staffordshire (UHNS).
Di rumah sakit ini ia mendapat perawatan di Neonatal Intensive Care Unit atau yang kinal dengan ruang NICU. Namun belum lama dirawat, ia terinfeksi kuman Serattia marcescens yang akhirnya merenggut nyawanya setelah dirawat selama dua minggu.
Jessica adalah salah satu dari dua bayi yang meninggal akibat kuman tersebut. Menurut kronologis saat itu dokter setempat sempat mengambil contoh darah jesicca untuk pemeriksaan laboratorium . Hasil pemeriksaan menemukan kuman Serattia Marcescens telah menginfeksi bayi malang itu akibat "kebersihan tangan yang kurang baik". Sebenarnya kuman Serratia marcescnes tidak berbahaya dan hidup di saluran cerna. Hal ini yang diketahui menjadi salah satu penyebab kematiannya Jessica.
Di rumah sakit ini ia mendapat perawatan di Neonatal Intensive Care Unit atau yang kinal dengan ruang NICU. Namun belum lama dirawat, ia terinfeksi kuman Serattia marcescens yang akhirnya merenggut nyawanya setelah dirawat selama dua minggu.
Jessica adalah salah satu dari dua bayi yang meninggal akibat kuman tersebut. Menurut kronologis saat itu dokter setempat sempat mengambil contoh darah jesicca untuk pemeriksaan laboratorium . Hasil pemeriksaan menemukan kuman Serattia Marcescens telah menginfeksi bayi malang itu akibat "kebersihan tangan yang kurang baik". Sebenarnya kuman Serratia marcescnes tidak berbahaya dan hidup di saluran cerna. Hal ini yang diketahui menjadi salah satu penyebab kematiannya Jessica.
Sebenarnya kuman Serratia Marcescnes tidak
berbahaya dan hidup di saluran cerna. Meski begitu, kuman ini menyebabkan
infeksi serius pada orang yang rentan, misalnya bayi prematur.
Lalu bagaimana dengan Indonesia ?
Lalu bagaimana dengan Indonesia ?
Berdasarkan data WHO, secara global 10 persen
pasien rawat inap menderita infeksi ini dan menyebabkan 1,4 juta kematian setiap
hari di seluruh dunia. Di Indonesia, angka HAI mencapai 9,8 persen. Di negara berkembang
angkanya bisa mencapai 2-20 kali lipatnya dibandingkan Negara maju.
Penyebab kematian tersebut adalah karena infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk ke rumah sakit. Menurut penelitian tak ada satu pun negara yang bisa terbebas dari infeksi ini.
Di rumah sakit, infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat menular dengan mudah lewat interaksi langsung mau pun tidak langsung (kontak fisik-udara) yaitu
Penyebab kematian tersebut adalah karena infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk ke rumah sakit. Menurut penelitian tak ada satu pun negara yang bisa terbebas dari infeksi ini.
Di rumah sakit, infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat menular dengan mudah lewat interaksi langsung mau pun tidak langsung (kontak fisik-udara) yaitu
antara petugas medis ke pasien,
pasien satu kepada pasien lain
dari pasien kepada pengunjung.
"Dulu infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk rumah sakit dianggap karena faktor lingkungan yang jelek. Tetapi ternyata paling banyak karena tangan dokter. Bahkan ada istilah dokter adalah pembunuh bertangan kosong," ujarnya.
Meski mengkhawatirkan, kasus sebenarnya dapat dicegah secara sederhana, yakni membiasakan mencuci tangan dengan benar. Penelitian teranyar menunjukkan, cuci tangan pakai sabun mampu menghilangkan 92 persen organisme penyebab infeksi di tangan.
Sayangnya, di banyak negara angka kepatuhan tenaga medis untuk mencuci tangan masih rendah. Di banyak negara angka kepatuhan para dokter dalam menjalankan cuci tangan hanya sekitar 50-60 persen.
"Dalam penelitian di ruang ICU RSCM Jakarta angkanya tak jauh berbeda, berkisar 41-62 persen," kata dr.Delly Chipta Lestari SpMK, dalam pemaparan hasil studinya dalam acara yang sama.
Rendahnya tingkat kepatuhan para dokter dalam mencuci tangan juga diakui oleh Dr.Akmal Taher, Sp.U, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. Di rumah sakit, yang tingkat kepatuhannya paling tinggi memang perawat. Mungkin ini karena dokter cenderung meremehkan. Karena itu masih diperlukan perubahan budaya untuk meningkatkan motivasi," kata Akmal.
Ia menambahkan, mencuci tangan adalah tindakan pencegahan agar tak mudah menularkan kuman ke orang lain. "Hampir 70 persen kasus infeksi bisa dicegah, tapi masalahnya 90 persennya dipengaruhi oleh perilaku," katanya. Akmal mencontohkan berbagai kasus infeksi yang akhir-akhir ini mengancam, seperti ebola atau MERS, tindakan pencegahannya tetap sama, yakni mencuci tangan.
"Dulu infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat pasien setelah masuk rumah sakit dianggap karena faktor lingkungan yang jelek. Tetapi ternyata paling banyak karena tangan dokter. Bahkan ada istilah dokter adalah pembunuh bertangan kosong," ujarnya.
Meski mengkhawatirkan, kasus sebenarnya dapat dicegah secara sederhana, yakni membiasakan mencuci tangan dengan benar. Penelitian teranyar menunjukkan, cuci tangan pakai sabun mampu menghilangkan 92 persen organisme penyebab infeksi di tangan.
Sayangnya, di banyak negara angka kepatuhan tenaga medis untuk mencuci tangan masih rendah. Di banyak negara angka kepatuhan para dokter dalam menjalankan cuci tangan hanya sekitar 50-60 persen.
"Dalam penelitian di ruang ICU RSCM Jakarta angkanya tak jauh berbeda, berkisar 41-62 persen," kata dr.Delly Chipta Lestari SpMK, dalam pemaparan hasil studinya dalam acara yang sama.
Rendahnya tingkat kepatuhan para dokter dalam mencuci tangan juga diakui oleh Dr.Akmal Taher, Sp.U, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI. Di rumah sakit, yang tingkat kepatuhannya paling tinggi memang perawat. Mungkin ini karena dokter cenderung meremehkan. Karena itu masih diperlukan perubahan budaya untuk meningkatkan motivasi," kata Akmal.
Ia menambahkan, mencuci tangan adalah tindakan pencegahan agar tak mudah menularkan kuman ke orang lain. "Hampir 70 persen kasus infeksi bisa dicegah, tapi masalahnya 90 persennya dipengaruhi oleh perilaku," katanya. Akmal mencontohkan berbagai kasus infeksi yang akhir-akhir ini mengancam, seperti ebola atau MERS, tindakan pencegahannya tetap sama, yakni mencuci tangan.
Berikut ini saat-saat yang penting tenaga kesehatan harus
membersihakan tangan yaitu
1.Sebelum menyentuh pasien
2 Sebelum melakukan
tindakan aseptik/pembersihan kuman
3. Setelah terkena cairan
dari tubuh pasien
4. Setelah menyentuh
pasien
5. Setelah menyentuh
benda-benda disekitar pasien
Demikian. Bayi Meninggal Karena Tangan Kotor. Semoga Bermanfaat.
0 Response to "Bayi Meninggal Karena Tangan Kotor"
Posting Komentar